SeniWayang Kamasan. Berbagai ragam seni lukis berkembang di Bali, seperti seni lukis tradisional yang berkembang dan dilestarikan di desa Kamasan, seni lukis wayang gaya desa Kamasan ini memang sangat digemari oleh dikalangannya, desa kecil yang terletak di Klungkung ini, berkembang seni lukis dengan gaya klasik dua dimensi dalam bentuk pewayangan.
- Simbol perhelatan G20 yang akan diikuti oleh 19 negara utama dan Uni Eropa EU menggunakan siluet gunungan sebagai lambang “Recover” atau babak baru dan keseimbangan. Melansir laman resmi logo Indonesia untuk keketuaan G20 yang kental dengan budaya ini menggunakan siluet gunungan sebagai salah satu cara menyampaikan narasi yang perlu disampaikan ke juga Sunan Kalijaga, dari Brandalan hingga Berdakwah lewat Wayang "Gunungan merefleksikan bagaimana kita memahami gunungan di wayang, yaitu perpindahan babak. Babak yang dimaksud di sini adalah babak menuju pemulihan ekonomi dunia yang lebih inklusif dan berkelanjutan," jelas Hari Prabowo, Direktur Pembangunan Ekonomi dan Lingkungan Hidup serta G20 Kementerian Luar Negeri dalam Forum Tematik Badan Koordinasi Hubungan Masyarakat Bakohumas - Menuju Presidensi G20 Indonesia "Recover Together, Recover Stronger" di Jakarta, Selasa 23/11/2021. Baca juga Asal-usul, Ragam Jenis, dan Fungsi Wayang Kulit Ini bukan sekali gunungan wayang digunakan sebagai sebuah simbol, sebelumnya gunungan juga digunakan dalam uang logam Rp100 emisi tahun 1978. Sejarah Gunungan dalam Wayang Kulit Melansir laman Gunungan merupakan perangkat dalam kesenian wayang kulit yang berwujud menyerupai gunung. Baca juga Mengenal Wayang Golek, dari Sejarah hingga Dalang Asep Sunandar Sunarya Gunungan dikenal juga dengan istilah kayon yang berasal dari mata kayu karena menggambarkan pohon hayat pohon kehidupan beserta hewan penghuni hutan. Wayang gunungan untuk pertama kali diciptakan pada tahun 1443 Caka, yaitu tahun dengan sengkalan berbunyi Geni Dadi Sucining Jagad. Pagelaran wayang kulit di masa lalu mulanya hanya menggunakan satu gunungan saja, dan masih dilestarikan di Keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat hingga kini. Sebelum pagelaran wayang dimulai, gunungan akan tertancap tegak lurus di debog atas. Hal serupa dilakukan dalang setelah pergelaran wayang berakhir di mana gunungan akan ditancapkan lagi tegak lurus di debog atas tepat di tengah kelir. Hal ini kemudian dikenal dengan istilah tancep kayon yang menandai berakhirnya pertunjukan wayang tersebut. Dua Jenis Gunungan dan Fungsinya Gunungan dibedakan menjadi dua jenis berdasar ornamennya, yaitu kayon blumbangan dan kayon blumbangan adalah gunungan yang memiliki ornamen blumbang atau kolam lengkap dengan air dan ikan serta beberapa wujud hewan lainnya. Kayon gapuran adalah gunungan dengan ornamen gapura yang dijaga oleh dua sosok raksasa di kanan dan kiri gapura. Ornamen gunungan umumnya disungging atau digambar dengan dua sisi berbeda. Salah satu sisi akan disungging mengikuti tatahannya, sementara sisi lain akan diberi gambar sosok banaspati. Gunungan sendiri memiliki beberapa fungsi antara lain untuk tanda mulai dan selesainya pagelaran, pembuka dan penutup adegan, menggambarkan hal yang tidak ada bentuk wayangnya, dan lain sebagainya. Filosofi Bentuk dan Ornamen Gunungan Melansir laman filosofi gunungan ada pada bentuk dan ornamennya. Bentuk kerucut lancip ke atas pada gunungan melambangkan kehidupan manusia yang makin tua harus semakin dekat kepada pencipta. Ornamen gapura dan dua penjaga Cingkoro Bolo dan Bolo Upoto melambangkan baik-buruknya hati manusia. Sementara tameng dan godho yang dipegang oleh kedua sosok penjaga tersebut melambangkan penjaga alam dan terang. Ornamen pohon yang tumbuh menjalar dari bawah hingga puncak gunungan melambangkan sifat manusia yang tumbuh dan bergerak maju dinamis sehingga bermanfaat bagi alam semesta. Pohon juga melambangkan adanya perlindungan dari Tuhan kepada manusia. Rumah joglo gapuran melambangkan sebuah negara yang didalamnya memiliki kehidupan aman, tentram, dan bahagia. Selain itu terdapat ornamen binatang seperti burung, banteng, kera dan harimau yang juga memiliki filosofi tersendiri. Burung yang melambangkan keindahan, banteng yang melambangkan kekuatan dan keuletan, kera sebagai lambang memilih baik dan buruk dan harimau sebagai labang sosok pemimpin. Sumber Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
sebuahmebel yang di dalamnya terdapat ukiran-ukiran yang melilit-lilit ke seluruh bagian mebel, atau ukirannya hanya pada beberapa bagian saja. Dalam kasus ini mudah dijelaskan kedudukan ukiran tadi, yaitu sebagai hiasan atau ornamen dari mebel tersebut. Sejalan dengan itu, adalah samapersoalannyabila AbstrakPara pencipta karya keramik di Indonesia terlihat telah berusaha mengangkat muatan tradisi khas Indonesia untuk mengimbangi dominasi kuasa produk keramik image Cina yang ada di Indonesia. Wayang khas Bali adalah salah satu motif tradisi yang sering dipilih dalam menciptakan karya-karya kriya keramik ini. Penulisan atikel ini bertujuan untuk membahas penciptaan karya-karya keramik yang terinspirasi dari motif wayang khas Bali. Penelitian ini memfokuskan bahasan pada jenis-jenis karya yang diwujudkan, teknik pembentukan, teknik penerapan ornamen, tokoh-tokoh wayang khas Bali yang divisualkan dan kualitas garapan dari karya-karya tersebut. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan dokumentasi, analisis data dilakukan dengan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karya-karya yang diwujudkan pada penciptaan keramik ini jenisnya terdiri dari guci dalam berbagai variasi dan ukuran, tempat lampu, dan dalam bentuk lukisan. Teknik pembentukan karya dikerjakan dengan teknik putar dan slab, dan penerapan ornamen dikerjakan dengan teknik lukis, ukir, dan toreh. Tokoh-tokoh wayang yang dominan dipilih dalam penciptaan ini, diambil dari seri ceritera Ramayana maupun Mahabrata, misalnya tokoh Rama, Sinta, Laksmana, Anoman, Bima, dan Arjuna. Kualitas garapan karya masing-masing pencipta cukup baik. Hal ini bisa dilihat dari kerapian garapan dan kerumitan bentuk ornamen. Simpulan yang dapat disampaikan bahwa karya-karya keramik hasil ciptaan ini mampu menjadi pembeda ditengah maraknya keramik bernuansa Cina di Kunci ornamen; wayang; penciptaan; seni; ceramic creators in Indonesia seems to have tried to lift the content of the typical Indonesian tradition to offset the power dominance of the Chinese image ceramic products in Indonesia. The Balinese puppets were one of the traditional motifs often chosen to creating these ceramics crafts. The article writing aims discussed the ceramic work's creation inspired by Balinese puppet motifs. This research focused on the types of works that are realized, the formation techniques, the applying ornaments techniques, the character figures that visualized and the quality of the works. The data collection method was done by observation and documentation, data analysis done with qualitative descriptive. The results showed that the ceramic works embodied consisted of jars in various variations and sizes, places of lights, and in the form of paintings. The technique forming work is done with swivel and slab techniques, and the ornaments application was done by painting, carving, and incising techniques. The dominant puppet characters chosen in this creation were taken from the Ramayana and Mahabharata stories, for example, the characters Rama, Sinta, Laksmana, Anoman, Bima, and Arjuna. The work quality of each creator was quite good. This can be seen from the neatness of the claim and the form complexity of the ornaments. The conclusions that can be conveyed were that the ceramics produced were able to make a difference in the midst of the rise of Chinese nuanced ceramics in ornaments; puppet; creation; art; ceramic. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Gorga Jurnal Seni Rupa Volume 08 Nomor 02 Juli-Desember 2019 p-ISSN 2301-5942 e-ISSN 2580-2380 Disubmit 13 September 2019, direview 19 September 2019, dipublish 13 Oktober 2019. MOTIF TRADISI WAYANG KHAS BALI PADA PENCIPTAAN SENI KERAMIK I Wayan Mudra1*, I Gede Mugi Raharja2* , I Wayan Sukarya3* Program Studi Kriya, Program Studi Desain Interior, dan Program Studi Seni Murni Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar Jl. Nusa Indah, Sumerta, Kota Denpasar, Kode Pos 80235 Bali. Indonesia Email wayanmudra Abstrak Para pencipta karya keramik di Indonesia terlihat telah berusaha mengangkat muatan tradisi khas Indonesia untuk mengimbangi dominasi kuasa produk keramik image Cina yang ada di Indonesia. Wayang khas Bali adalah salah satu motif tradisi yang sering dipilih dalam menciptakan karya-karya kriya keramik ini. Penulisan atikel ini bertujuan untuk membahas penciptaan karya-karya keramik yang terinspirasi dari motif wayang khas Bali. Penelitian ini memfokuskan bahasan pada jenis-jenis karya yang diwujudkan, teknik pembentukan, teknik penerapan ornamen, tokoh-tokoh wayang khas Bali yang divisualkan dan kualitas garapan dari karya-karya tersebut. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan dokumentasi, analisis data dilakukan dengan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karya-karya yang diwujudkan pada penciptaan keramik ini jenisnya terdiri dari guci dalam berbagai variasi dan ukuran, tempat lampu, dan dalam bentuk lukisan. Teknik pembentukan karya dikerjakan dengan teknik putar dan slab, dan penerapan ornamen dikerjakan dengan teknik lukis, ukir, dan toreh. Tokoh-tokoh wayang yang dominan dipilih dalam penciptaan ini, diambil dari seri ceritera Ramayana maupun Mahabrata, misalnya tokoh Rama, Sinta, Laksmana, Anoman, Bima, dan Arjuna. Kualitas garapan karya masing-masing pencipta cukup baik. Hal ini bisa dilihat dari kerapian garapan dan kerumitan bentuk ornamen. Simpulan yang dapat disampaikan bahwa karya-karya keramik hasil ciptaan ini mampu menjadi pembeda ditengah maraknya keramik bernuansa Cina di Indonesia. Kata Kunci ornamen; wayang; penciptaan; seni; keramik. Abstract The ceramic creators in Indonesia seems to have tried to lift the content of the typical Indonesian tradition to offset the power dominance of the Chinese image ceramic products in Indonesia. The Balinese puppets were one of the traditional motifs often chosen to creating these ceramics crafts. The article writing aims discussed the ceramic work's creation inspired by Balinese puppet motifs. This research focused on the types of works that are realized, the formation techniques, the applying ornaments techniques, the character figures that visualized and the quality of the works. The data collection method was done by observation and documentation, data analysis done with qualitative descriptive. The results showed that the ceramic works embodied consisted of jars in various variations and sizes, places of lights, and in the form of paintings. The technique forming work is done with swivel and slab techniques, and the ornaments application was done by painting, carving, and incising techniques. The dominant puppet characters chosen in this creation were taken from the Ramayana and Mahabharata stories, for example, the characters Rama, Sinta, Laksmana, Anoman, Bima, and Arjuna. The work quality of each creator was quite good. This can be seen from the neatness of the claim and the form complexity of the ornaments. The conclusions that can be conveyed were that the ceramics produced were able to make a difference in the midst of the rise of Chinese nuanced ceramics in Indonesia. Keywords ornaments; puppet; creation; art; ceramic. PENDAHULUAN Kehadiran karya keramik ada yang berfungsi pakai, ada yang berfungsi hias untuk memperindah ruangan dan ada yang berfungsi pakai dan hias. Keramik juga dapat dipandang sebagai karya seni berupa dua dimensi atau tiga dimensi Susanto dalam Isnaini, 2016137. Demikian juga karya keramik dapat dipahami sebagai karya untuk menyampaikan ekspresi seni, sehingga ada sebutan keramik seni dan seni keramik yang pada akhirnya keduanya bernilai ekonomi. Para era globalisasi saat ini pembuatan benda-benda keramik oleh perajin di Indonesia telah banyak Gorga Jurnal Seni Rupa Volume 08 Nomor 02 Juli-Desember 2019 p-ISSN 2301-5942 e-ISSN 2580-2380 Disubmit 13 September 2019, direview 19 September 2019, dipublish 13 Oktober 2019. dipengaruhi oleh kebutuhan pasar, sehingga jati diri yang menjadi tradisi produk kerajinan sebelumnya makin lama makin tenggelam dan bergeser kebentuk-bentuk inovatif yang mengabdi pada kebutuhan pasar. Pasar memiliki kuasa besar dalam mengubah haluan perajin dalam menghasilkan karya. Akhirnya muncullah produk-produk kriya yang menekankan komsumsi, ekonomi dan individual yang terlepas dari muatan tradisi sebelumnya. Muatan tradisi sebelumnya sering dianggap mengekang kebebasan berinovasi, sehingga harus ditinggalkan demi mengabdi pada kebutuhan pasar. Pada era global ini manusia diyakini lemah dalam menghargai tradisi dan mudah meninggalkan tradisi, karena dianggap tidak sesuai zamannya Mudra, dkk, 2019184. Terkait dengan hal di atas Martono mencontohkan produk-produk kriya keramik Kasongan telah dipengaruhi oleh barat, karena pasarnya yang produktif datang dari Eropa. Bentuk-bentuk kriya keramik khas Kasongan yang sebelumnya ada seperti kuda beban, naga, dan bentuk desain lainnya, semakin sulit ditemukan di sentra perajin. Demikian juga jenis produk kriya lainnya di daerah-daerah di Indonesia seperti kuningan di Juwana Pati, kriya logam Mojokerto, Boyolali dan sebagainya Martono, 201023. Pencipta kriya yang khusus menekuni kriya keramik dalam berkarya kecendrungannya mengarah ke kriya keramik seni. Mereka para kriyawan Indonesia ini dalam berkarya melakukan inovasi yaitu dengan mengangkat unsur-unsur muatan lokal yang ada di suatu daerah. Seniman keramik Indonesia seperti F Widiyanto, Suhaemi, Hildawati, Legganu dan Hendrawan, beberapa diantaranya banyak yang mengangkat identitas lokal Indonesia. F. Widayanto adalah satu seniman yang lahir di Jakarta 1953, menekuni pembuatan keramik sering menampilkan karya bernuansa khas Indonesia. Karya-karya keramik F. Widayanto yaitu Loro Blonyo, Ganesha-Ganeshi, Drupadi, Semar, dan lain-lain. Namun seniman-seniman keramik tersebut masih jarang yang mengangkat motif wayang Indonesia khususnya wayang khas Bali sebagai ide penciptaan dalam berkarya. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengkaji jenis-jenis karya yang diwujudkan, teknik pembentukan, teknik penerapan ornamen, tokoh-tokoh wayang khas Bali yang divisualkan dan kualitas garapan dari karya-karya tersebut. KAJIAN TEORI Kesenian wayang di Indonesia dapat dijumpai dalam bentuk wayang kulit yang dapat dijadikan sumber inspirasi untuk berkarya. Wayang kulit adalah satu di antara budaya seni Indonesia yang beragam dan diyakini sebagai kebudayaan asli Indonesia. Penyelidikan Profesor Kern dan Brandes menunjukkan, bahwa wayang diperkaya dan dibesarkan oleh kebudayaan Hindu. Akan tetapi, wayang yang ada di Indonesia tidak terpaku pada epos India, karena sudah disesuaikan dengan kebudayaan Indonesia Mulyono, 1978 9. Wayang kulit yang dipentaskan maupun yang diwujudkan dalam karya seni rupa di Indonesia memiliki motif bentuk yang berbeda-beda bagi setiap daerah dan tidak semua daerah memiliki tradisi menekuni kesenian wayang. Di daerah Bali, pertunjukan wayang sudah ada sejak abad ke-9. Hal ini dapat diketahui dari Prasasti Bebetin, yang menjelaskan bahwa di Bali sudah ada pertunjukan wayang pada masa pemerintahan Raja Ugrasena, Tahun Saka 818 atau 896 Masehi Tim Penyusun, 1974/1975 23. Goslings dalam Arthanegara, 1977 3 bahkan menyatakan, bahwa wayang Bali lebih tua dari pada wayang Jawa, karena bentuk relif wayang pada Candi Jago abad ke-13 di Desa Tumpang dekat Malang, mirip bentuknya dengan wayang Bali. Sedangkan pada bangunan-bangunan kuno di Jawa tidak ditemukan relief bermotif wayang Jawa. Pada saat Raja Gelgel, Dalem Ketut Semara Kepakisan, diundang muntuk menghadiri Upacara Crada di Kerajaan Majapahit pada 1362, diberi hadiah sekotak wayang waktu pulang ke Bali Kanta, 1977/ 1978 10. Demikian pula pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong, Raja Majapahit juga memberi hadiah sekotak wayang Arthanegara, dkk, 1980/1981 11. Berdasarkan bukti-bukti yang ada, maka wayang telah diakui oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa UNESCO 7 November 2003, sebagai pertunjukkan bayangan boneka tersohor milik Indonesia, warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity Nurgiyantoro, 20117. Wayang memiliki nilai yang tinggi bagi kehidupan manusia sehingga diakui sebagai karya yang agung. Demikian juga tokoh-tokoh dan ceritera wayang sarat dengan nilai-nilai kehidupan manusia yang perlu diteladani dan dihindari. Maka dari itu sangatlah tepat diterapkan dalam penciptaan sebuah karya seni untuk bisa menyampaikan karakter kehidupan kepada masyarakat luas, seperti yang dilakukan dalam penciptaan karya-karya seni keramik. Gorga Jurnal Seni Rupa Volume 08 Nomor 02 Juli-Desember 2019 p-ISSN 2301-5942 e-ISSN 2580-2380 Disubmit 13 September 2019, direview 19 September 2019, dipublish 13 Oktober 2019. METODE PENELITIAN Tulisan ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini termasuk penelitian sampel, pengambilan data dilakukan di Kota Denpasar, khususnya pada Perguruan Tinggi Institut Seni Indonesia Denpasar. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi dan dokumentasi, serta penentuan sumber data dengan proposive sampling yaitu sesuai dengan tujuan peneliti. Analisis data menggunakan metode hermeneutik, yaitu menginterpretasi teks atau subjek penelitian yaitu visual karya-karya keramik yang terinspirasi dari motif wayang khas Bali. dalam karya-karyanya. HASIL DAN PEMBAHASAN Beberapa pencipta kriya keramik yang telah menerapkan wayang motif khas Bali dalam penciptaan kriya keramik adalah I Wayan Mudra dan I Gede Yuliawan. Kedua pencipta ini adalah pencipta dari kalangan akademik yaitu Program Studi Kriya Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar. Mudra menciptakan beberapa karya keramik yang terinspirasi dari motif wayang khas Bali telah dilakukan mulai tahun 2018 sampai tahun 2019. Penciptaan ini merupakan realisasi dari Penelitian Penciptaan dan Penyajian Seni P3S dari Kemenristekdikti Republik Indonesia yang didanai 2018 dan 2019. Perwujudan karya ini melibatkan dua mitra, yaitu Tri Surya Keramik untuk proses pembentukan badan keramik dan proses pembakaran, dan untuk penerapan dekorasi dengan teknik lukis melibatkan mitra I Wayan Roky. Karya-karya yang diwujudkan oleh Mudra terdiri dari guci dan sangku yang divariasikan dalam beberapa bentuk dan ukuran. Motif wayang khas Bali diterapkan pada karya keramik dengan teknik lukis. Ide-ide penciptaan karya-karya yang diwujudkan terinspirasi dari bentuk gerabah Lombok, gerabah Yogyakarta yang dipasarkan di Bali yang banyak diperdagangkan di Desa Kapal Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung Bali. Sedangkan penciptaan produk lainnya terinspirasi dari bentuk benda yang disebut sangku. Sangku dalam keseharian masyarakat Bali digunakan sebagai tempat air suci tirta pada saat melaksanaan upacara keagamaan. Selain di Bali, sangkau juga diduga masih digunakan sebagai perangkat upacara di daerah Tengger dan umumnya terbuat dari bahan logam. Sangku di daerah Tengger disebut prasen Atika, 2017. Keramik ciptaan Mudra ini dibentuk dengan teknik putar elektrick wheel dan tiga kali proses tahapan pembakaran yaitu pertama tahapan pembakaran bisquit, kedua tahap pembakaran glasir dan ketiga tahap pembakaran ornamen. Penerapan ornamen pada karya ini dilakukan dengan teknik lukis pada permukaan badan keramik. Objek ornamen yang dipilih adalah tokoh-tokoh motif wayang khas Bali dari ceritera Ramayana yang masih terkait dalam satu cerita singkat. Adegan cerita pewayangan tersebut berusaha menampilkan cerita yang memiliki nilai-nilai kebaikan dan toleransi. Satu dari beberapa karya Mudra berjudul “Guci Sugriwa Subali” seperti terlihat pada gambar 1 di bawah, berbentuk silinder berukuran tinggi 70 cm dan garis tengah badan 45 cm. Karya ini dibuat dengan teknik putar dalam tiga kali sambungan, artinya pembuatan badan keramik ini terdiri dari 3 tahapan. Tahapan pertama membuat badan keramik bagian bawah yang sering disebut bagian pantat, tahap kedua membentuk badan keramik bagaian tengah dan ketiga membentuk badan keramik bagian kepala. Kemudian dalam keadaan masih plastis bagian-bagian badan keramik tersebut disambung membentuk satu badan keramik yang utuh, terakhir dibentuk bagian tutup. Secara keseluruhan proses pembentukan badan keramik ini terdiri dari empat tahapan. Setelah proses pembentukan selesai dilanjutkan dengan proses pembakaran bisquit atau proses pembakaran pertama, kemudian proses pembakaran glasir transparan. Tahapan selanjutnya adalah proses penerapan ornamen motif wayang khas Bali yaitu style wayang Kamasan. Penerapan ornamen ini dilakukan dengan teknik lukis. Proses terakhir dari perwujudan keramik ini adalah proses pembakaran ornamen dengan suhu mencapai 1000oC. Pada karya “Guci Sugriwa Subali” ini diterapkan ornamen tokoh wayang bernama Sugriwa, Subali dan Rama. Tokoh Sugriwa dan Subali yang kakak beradik ini sesuai kisahnya digambarkan sedang perang antar saudara, berlangsung dengan sengit dan tidak ada yang mau mengalah. Kedua tokoh digambarkan pada beberapa sisi badan keramik yang dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian atas dan bawah. Tokoh Rama kemudian mengakhiri pertarungan tersebut dengan memanah Subali hingga tewas. I Gede Yuliawan, seorang pencipta keramik seni dalam berkarya juga terinpirasi dari motif wayang khas Bali yang diwujudkan dalam bentuk karya-karya tempat lampu. Bentuk-bentuk karya Yuliawan terdiri Gorga Jurnal Seni Rupa Volume 08 Nomor 02 Juli-Desember 2019 p-ISSN 2301-5942 e-ISSN 2580-2380 Disubmit 13 September 2019, direview 19 September 2019, dipublish 13 Oktober 2019. dari beberapa desain tempat lampu diberi judul sesuai dengan figure wayang yang divisualkan pada karya-karyanya, misalnya Tempat Lampu Hanoman dan Rahwana, Tempat Lampu Rama dan Laksmana, Tempat Lampu Rama Dan Sita, Tempat Lampu Sugriwa dan Subali, Tempat Lampu Jetayu, Tempat Lampu Anggada dan Hanoman, Tempat Lampu Hanoman, Tempat Lampu Rahwana, Tempat Lampu Anggada dan Subali, dan Tempat Lampu Rama Memanah Kijang. Beberapa karya Yuliawan dibentuk dengan teknik putar dan beberapa karya lainnya dibentuk dengan teknik cetak. Ornamen motif wayang khas Bali diterapkan dengan teknik tempel, ukir, dan toreh, sedangkan proses finishing dilakukan dengan pengglasiran pada badan keramik sebagai latar belakang dan pemberian warna non glasir pada objek wayang. Karya-karya tempat lampu ciptaan Yuliawan dilengkapi dengan penutup atas terbuat dari kain diberi ornamen motif wayang Kamasan. Penerapan ornamen motif wayang pada penutup tempat lampu ini bertujuan untuk membuat keselarasan ornamen antara bodi keramik dengan kap lampunya. Gambar 2 karya “Tempat Lampu Hanoman dan Rahwana” di bawah, didekorasi menggunakan teknik toreh dan ukir, pewarnaan menggunakan glasir warna ivory sebagai warna dasar pada badan tempat lampu, Sedangkan warna figur tokoh Hanoman dan Rahwana menggunakan cat warna sintetis diterapkan dengan teknik sigar. Pada bagian bawah badan tempat lampu ini dikombinasikan dengan kayu yang bentuknya disesuaikan dengan badan keramik yang berfungsi sebagai dudukan dan tempat memasang kabel lampu. Karya Yuliawan lainnya gambar 3 di bawah berjudul “Tempat Lampu Rama Sinta”, memvisualkan tokoh Rama dan Sita dalam cerita Ramayana. Badan keramik tempat lampu ini dibuat berbentuk kotak yang mengecil pada bagian atas, dan dibuat dengan teknik slab. Penerapan ornamen figur wayang dikerjakan dengan teknik toreh dan ukir. Badan keramik tempat lampu ini diglasir berwarna hitam dan pada bagian ornamen difinishing dengan cat minyak keramik dengan teknik sigar. Pada karya ini juga ditambahkan alas dari bahan kayu pada bagian bawah karya, bentuknya disesuaikan dengan bentuk persegi badan keramik bagian bawah. Pada karya ini digambarkan saat pengasingan Rama, Sita, dan Laksmana di hutan. Saat itu seekor kijang berbulu keemasan berjalan mendekati Sita, dan Sita mencoba menangkapnya tetapi gagal dan kijangpun lari. Sita meminta Rama menangkap kijang, akhirnya Sita tinggal sendiri di tempat karena ditinggal Rama menangkap kijang yang lari. Laskmana juga ikut membantu Rama menangkap kijang. Pada saat Sita ditinggal oleh Rama dan Laksmana, saat itu Sita diculik Rahwana dan dibawa ke Alengka, Sudjarwo, dkk, 2010 346-368. Karya keramik lain yang terinpirasi dari motif wayang khas Bali adalah karya hiasan dinding yang terdiri dari sembelan bentuk tegel, kemudian dibingkai seperti karya lukisan terlihat pada gambar 4 di bawah. Karya ini merupakan koleksi Balai Teknologi Industri Kreatif Keramik BTIKK Bali. Tokoh wayang yang diangkat sebagai objek utama pada karya ini adalah Sita dan seorang Resi, dibuat dengan teknik tempel dan ukiran tipis sehingga menyerupai pandil. Pada karya ini juga digambarkan objek pohon besar yang diposisikan pada sisi bagian kiri dan kanan. Motif daun pohon dibuat dengan motif yang berbeda untuk memunculkan keragaman bentuk pada latar belakang karya. Sedangkan pada bagian bawah objek karya divisualkan tanaman-tanaman kecil dan bentuk-bentuk bebatuan yang digambarkan lingkaran-lingkaran dalam bentuk kekarangan. Karya ini menampilkan kerapian dan kerumitan yang cukup tinggi dan penerapan warna lembut dengan teknik lukis. Gambar 1. Guci Subali Sugriwa. Sumber Mudra, 2018 Gorga Jurnal Seni Rupa Volume 08 Nomor 02 Juli-Desember 2019 p-ISSN 2301-5942 e-ISSN 2580-2380 Disubmit 13 September 2019, direview 19 September 2019, dipublish 13 Oktober 2019. Gambar 2. Tempat Lampu Hanoman dan Rahwana. Sumber Yuliawan, 2015 Gambar 3. Tempat Lampu Rama dan Sinta. Sumber Yuliawan, 2015 Gambar 4. Hiasan Dinding Keramik Ornamen Sinta dan Pendeta. Sumber BTIKK Bali, - Penciptaan karya-karya Mudra ini lebih cendrung menghadirkan fungsi hias dibandingkan fungsi praktisnya atau nilai gunanya. Fungsi hias yang dimaksud adalah nilai-nilai keindahan dan kerumitan dalam perwujudannya dibandingkan nilai fungsi dari karya tersebut. Penilaian tersebut diperoleh jika mengacu kepada pendapat Husen Hindrayana 20186 yang mengelompokkan karya seni kriya menjadi tiga yaitu karya seni yang cendrung menghadirkan nilai keindahan, kualitas teknik pengerjaan dan fungsi. Ornamen motif wayang khas Bali yang dibuat dengan kerumitan yang cukup tinggi memang dihadirkan untuk memunculkan nilai keindahan. Ornamen motif wayang khas Bali yang ditampilkan berusaha divisualkan semaksimal mungkin memiliki motif karakter Bali yang sering dikenal sebagai lukisan wayang gaya Kamasan. Lukisan wayang gaya Kamasan ini telah menjadi acuan dalam menggambar wayang dan menghasilkan berbagai produk kriya di Bali. Lukisan wayang Kamasan adalah lukisan tradisi yang berkembang di Desa Kamasan Kabupaten Klungkung Bali, memiliki identitas yang sangat khas dan unik, terikat oleh pakem, nilai, norma, dan ketentuan yang bersifat mengikat dan baku Mudana, 2017. Dengan demikian penciptaan karya keramik ini memiliki tujuan untuk menampilkan keindahan bentuk yang khas melalui ornamen wayang Kamasan yang divisualkan pada badan keramik dengan penerapan teknik lukis. Tokoh Subali dan Sugriwa pada guci karya Mudra di atas, dalam episode Ramayana sering muncul pada lakon Guwarsa Guwarsi, atau lakon Sugriwa Subali, atau sering disebut dengan lakon Cupu Manik Astagina. Lakon tersebut cukup popular di kalangan penggemar wayang kulit. Subali dalam cerita pewayangan digambarkan sebagai tokoh yang memiliki watak keras, pemarah, temperamen, tanpa berfikir panjang dalam memutuskan segala sesuatu. Serat Pedalangan Ringgit Purwa Mangkunegara VII 74 menulis pada adegan ketika Subali terkurung di dalam gua tanpa berfikir panjang Sugriwa menutup goa tersebut. Subali beranggapan Sugriwa sengaja menutup pintu gua untuk mendapatkan Dewi Tara. Pada cerita lain penutupan goa dimaksudkan sebagai upaya Sugriwa menepati pesan Subali jika terjadi darah putih keluar supaya lobang goanya ditutup. Namun hal tersebut tidak dipercaya Subali dan menuduh Sugriwa berbuat curang sehingga pertempuran antar saudara ini tidak bisa dihindari. Penerapan objek ornamen wayang pada karya Yuliawan dapat dikatakan sebagai karya relief, di Bali sering disebut sebagai karya pandil. Pada karya-karya ini objek wayang dibuat lebih menonjol dari pada badan keramik, sehingga tampilan figure wayang terlihat lebih jelas dan diperkuat dengan penerapan warna. Penonjolan yang dimaksud adalah ketebalan ornamen beberapa melimeter sebagai akibat proses Gorga Jurnal Seni Rupa Volume 08 Nomor 02 Juli-Desember 2019 p-ISSN 2301-5942 e-ISSN 2580-2380 Disubmit 13 September 2019, direview 19 September 2019, dipublish 13 Oktober 2019. perwujudan yang dilakukan dengan teknik tempel, kemudian dibuat detail dengan teknik ukir sesuai figure yang digambarkan. Ketebalan relief pada karya-karya ini dapat dikatakan sebagai katagori relief rendah low relief. Alamsyah 201839 menjelaskan relief rendah adalah relief yang kedalamannya kurang dari setengah dari objek yang digambarkan. Relief lazim dikenal sebagai seni pahat tiga dimensi, umumnya dibuat di atas media batu atau media lainnya yang memiliki nilai sejarah kuno seperti bangunan kuil, candi, monumen dan bangunan lainnya. Beberapa karya Yuliawan menampilkan warna objek wayang yang kontras dengan latar belakang, sehingga visualisasi motif wayang menjadi sangat jelas dan kontras. Warna-warna gelap sering diambil sebagai latar belakang penciptaan karya ini untuk menampilkan kesan objek wayang lebih dominan. Latar belakang gelap membuat penonjolan objek wayang semakin jelas. Penerapan warna pada objek wayang pada karya-karya Yuliawan tidak terlihat merujuk pada referensi warna wayang khas Bali seperti warna style wayang Kamasan, namun menerapkan warna sesuai keinginan penciptanya. Cat yang digunakan untuk mewarnai karya ini merupakan warna khusus untuk melukis karya keramik buatan pabrik yang dapat dibeli di toko-toko penjual cat warna. Berbeda dengan bahan pewarna lukisan wayang Kamasan sebagian besar diambil dari alam, seperti mangsi untuk warna hitam; blau untuk warna biru yang dibuat dari daun taum; atal sejenis batu yang banyak didapat dari gunung berapi untuk warna kuning; kunyit untuk warna kuning tua; kencu untuk warna merah tua; tulang atau tanduk menjangan untuk warna putih Nirma, 2010. Visual karya-karya ini memberikan gambaran kepada publik sebagai apresiator, penikmat seni, ataupun sebagai calon konsumen, bahwa karya-karya tempat lampu ini dikerjakan dengan ketelitian dan kerumitan yang cukup tinggi, dibuat dengan hati-hati dan memperhatikan detail yang baik. Kerumitan disebut juga ngrawit yaitu sangat rumit, dikerjakan dengan penuh ketelitian, dengan sabar dan hati-hati Alamsyah, 201840. Pada proses penciptaan karya ini juga sangat mempertimbangkan pemenuhan fungsi karya sebagai hal yang utama dan semaksimal mungkin dirancang untuk mampu menampilkan karya yang unik dan menarik, seperti contoh karya yang terlihat pada gambar 2 dan 3 di bawah. Figur-figur wayang yang dipilih sebagai objek ornamen pada penciptaan karya Yuliawan tergambar dalam suatu penggalan kisah cerita yang diwakili oleh tokoh-tokoh tersebut. Pada gambar 2 di bawah dinarasikan dan divisualkan cerita Hanoman dan Rahwana berseteru karena Hanoman bermaksud menyelamatkan Dewi Sita yang disekap di taman Soka, Alengka. Hanoman adalah anak dari Batara Bayu dengan Dewi Anjani. Hanoman dikisahkan mempunyai kekuatan yang tidak ada bandingannya, tidak ada senjata yang mampu membunuh dirinya. Hanoman juga dikisahkan memiliki kemampuan mengubah diri menjadi besar sebesar gunung atau mengecil seperti anak monyet sesuka hatinya. Di samping itu Hanoman juga mempunyai perwatakan yang baik seperti pemberani, sopan-santun, setia, prajurit ulung, waspada, pandai berbahasa, rendah hati, kuat dan tabah Sudjarwo, dkk, 2010 234. Tokoh Rahwana yang digambarkan pada karya di atas merupakan putra dari Rsi Wisrama dengan Dewi Sukesi. Dewi Sukesi adalah putri Prabu Sumali, raja Alengka. Rahwana adalah figur yang dipakai untuk menyampaikan pesan yang tidak baik, misalnya sifat angkara murka, serakah, tamak sekaligus lambang sifat ulet dalam mengejar cita-cita. Tokoh ini dianggap mewakili sikap keserakahan karena menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya, ia bisa dan tega mengorbankan siapa pun. Rahwana juga dikisahkan memiliki kekuatan atau kesaktian luar dari biasanya, yaitu tidak akan mati semasih jasadnya menyentuh tanah Sudjarwo, dkk, 2010 266 . KESIMPULA DAN SARAN Karya-karya keramik di atas memberikan pemahaman bahwa motif wayang khas Bali sangat menginpirasi kriyawan dalam penciptaan karya-karya keramik yang unik dan menarik. Penciptaan motif wayang khas Bali pada media keramik masih sangat jarang dilakukan oleh para kriyawan keramik. Kriyawan keramik menerapkan ornamen wayang khas Bali pada media keramik dilakukan dengan berbagai teknik misalnya teknik lukis, teknik ukir dan teknik toreh. Tokoh-tokoh wayang yang sering diangkat dalam penciptaan karya keramik ini adalah tokoh-tokoh yang populer, tokoh-tokoh yang lumrah secara umum dikenal masyarakat luas. Tokoh-tokoh tersebut ditampilkan pada suatu adegan singkat seri ceritera Ramayana maupun Mahabrata. Tokoh-tokoh pewayangan tersebut misalnya tokoh Rama, Sinta, Laksmana, Anoman, Bima, dan Arjuna. Ornamen khas tradisi pada media keramik ini mampu menjadi pembeda di tengah maraknya keramik bernuansa Cina di Indonesia. Namun kalau dilihat dari visual keramik Cina yang dipasarkan di Indonesia, nampaknya Gorga Jurnal Seni Rupa Volume 08 Nomor 02 Juli-Desember 2019 p-ISSN 2301-5942 e-ISSN 2580-2380 Disubmit 13 September 2019, direview 19 September 2019, dipublish 13 Oktober 2019. kriyawan keramik ini masih belum mampu mengimbangi dominasi kuasa kualitas dan kuantitas yang ditampilkan keramik Cina. Penciptaan-penciptaan kriya keramik yang bernuansa budaya tradisi dari berbagai daerah di Indoensia perlu terus didorong untuk memunculkan karya-karya keramik berkarakter Indonesia. Pihak-pihak yang memiliki kuasa dalam hal ini bisa melakukan berbagai langkah seperti pembinaan perajin, pemberian modal usaha, melakukan lomba produk kriya bernuansa tradisi, kriya pemberian pemahaman pentingnya pelesatarian budaya melalui karya kriya, serta tindakan nyata yang lainnya. DAFTAR RUJUKAN Alamsyah. 2018. “Potret Pekerja Kerajinan Seni Ukir Relief Jepara”. Endogami Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi, 21, Diunduh 29 April 2019 dari Arthanegara, I G B. 1977. Wayang Kulit Koleksi Museum Bali. Denpasar Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Ditjen Kebudayaan Departemen P dan K Republik Indonesia. Arthanegara, I G B, Alit Widiastuti. 1980/1981. Lukisan Wayang Kamasan Koleksi Museum Bali. Denpasar Proyek Pengembangan Permoseuman Bali. Atika. 2017. “Mintaqulburuj”. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Kemendikbud. Diunduh 9 April 2019 dari Isnaini, S. K., I N. Lodra. 2016. Bentuk, Teknik, Dan Fungsi Ragam Hias Keramik Pada Coco Karunia Keramik Probolinggo. Jurnal Pendidikan Seni Rupa, 0401, Diunduh 10 April 2019 dari Kanta. I Made. 1977/1978. Proses Melukis Tradisional Wayang Kamasan. Denpasar Proyek Sasana Budaya Bali. Martono. 2015. Nilai-Nilai Tradisi sebagai Inspirasi Pengembangan Desain Kriya Kontemporer. Imaji Jurnal Seni dan Pendidikan Seni, 81. Diunduh 30 April 2019 dari doi Mudana, I. W. 2017. “Inovasi Bentuk Lukisan Wayang Kamasan”. Mudra Jurnal Seni Budaya, 312. Diunduh 20 April 2019 dari Mudra, I., P, I., & CK, I. 2019. Dinamika Problematik Artefak Kriya Masa Lalu di Bali pada di Era Revolusi Industri Senada Seminar Nasional Desain Dan Arsitektur, 2, 183-189. Retrieved from Mulyono, Sri. 1978. Wayang Asal Usul, Filsafat dan Masa Depannya. Jakarta Gunung Agung. Nurgiyantoro, Burhan. 2011. “Wayang dan Pengembangan Karakter Bangsa”. FBS Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Karakter, 11. Diunduh 24 Maret 2019 dari Nirma, I Nyoman. 2010. “Wayang Kamasan II”. Diunduh 29 April 2019 dari Sudjarwo, Heru S, Sumari, Wiyono Undung. 2010. Rupa dan Karakter Wayang Purwa. Jakarta Kaki Langit Kencana. Tim Penyusun. 1974/1975. Perkembangan Wayang Wong Sebagai Seni Pertunjukan. Denpasar Proyek Pengembangan Sarana Wisata Budaya Bali. ... Tulisan berjudul "Motif Tradisi Wayang Khas Bali pada Penciptaan Seni Keramik". Tulisan ini menjelaskan jenis-jenis karya yang diciptakan dengan ornamen wayang khas Bali, teknik pembentukan dan teknik penerapan oranmennya serta tokoh-tokoh wayang yang dipilih sebagai ornamen Mudra, 2019 Batasan mengenai estetika adalah sesuatu yang masih sulit untuk dijelaskan secara tepat, karena sifatnya sangat luas dan bersifat subyektif. Buku pertama yang membahas estetika yaitu Baumgarten "Aesthetica" 1750. ... I Wayan MudraGede Mugi RaharjaWayan SukaryaAbstrak Wayang Bali dalam bentuk lukisan tradisional sebagai budaya warisan leluhur ikut menginpirasi kriyawan Bali dalam mewujudkan karya-karya keramik bernilai estetika. Usaha para kriyawan ini dapat dibaca sebagai perlawanan terhadap masuknya karya keramik dari luar dan produksi karya-karya keramik seni di Indonesia yang mengabaikan karakter Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk membahas estetika dari visual karya-karya keramik yang menerapkan ornamen wayang khas Bali. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa estetika dari visual produk kriya keramik dengan ornamen wayang khas Bali dilihat dari kesatuan unity, keselarasan harmony, kesetangkupan symmetry, keseimbangan balance, dan perlawanan contrast cukup baik walaupun belum maksimal. Disamping itu estetika visual ornamen karya-karya keramik ini belum menampilkan kerumitan complexity yang baik, sehingga keindahan yang diperoleh tidak maksimal. Penilaian estetika visual pada karya ini bersifat subyektif, sehingga sangat mungkin ada penilaian yang berbeda. Simpulan yang dapat disampaikan bahwa estetika dapat dicapai dengan mengangkat budaya tradisi masa lalu dan sekaligus sebagai bentuk penghargaan terhadap budaya tersebut dan menjadi pembeda di tengah maraknya keramik bernuansa Cina di Indonesia. Kata Kunci estetika, keramik, ornamen, wayang, Bali. Abstract The Balinese puppets in the traditional paintings as a cultural heritage has inspired Balinese craftsmen created ceramic works of aesthetic value. The efforts these craftsmen can be read as resistance to entry the ceramic works from outside and the production of the ceramic art in Indonesia that ignore Indonesian characters. This study aims to discuss the aesthetics of visuals ceramic works that apply Balinese puppets ornaments. The data collection method by observation and documentation. The results showed that the aesthetics of the ceramic craft products with Balinese puppets ornaments seen from unity, harmony, symmetry, balance, and contrast are quite good, although not yet optimal. Besides, the visual aesthetics of the ceramic works have not displayed good complexity, so the beauty that obtained was not optimal. The visual aesthetic assessment of this work was subjective in nature, so it was possible that there will be different judgments. The conclusion that aesthetics can be achieved by elevating the cultural traditions of the past and at the same time as a form of appreciation for that culture and become a differentiator amid the rise of Chinese ceramics in Indonesia.... Tulisan berjudul "Motif Tradisi Wayang Khas Bali pada Penciptaan Seni Keramik". Tulisan ini menjelaskan jenis-jenis karya yang diciptakan dengan ornamen wayang khas Bali, teknik pembentukan dan teknik penerapan oranmennya serta tokoh-tokoh wayang yang dipilih sebagai ornamen Mudra, 2019 Batasan mengenai estetika adalah sesuatu yang masih sulit untuk dijelaskan secara tepat, karena sifatnya sangat luas dan bersifat subyektif. Buku pertama yang membahas estetika yaitu Baumgarten "Aesthetica" 1750. ... I Wayan MudraI Gede Mugi RaharjaI Wayan SukaryaThe Balinese puppets in the traditional paintings as a cultural heritage has inspired Balinese craftsmen created ceramic works of aesthetic value. The efforts these craftsmen can be read as resistance to entry the ceramic works from outside and the production of the ceramic art in Indonesia that ignore Indonesian characters. This study aims to discuss the aesthetics of visuals ceramic works that apply Balinese puppets ornaments. The data collection method by observation and documentation. The results showed that the aesthetics of the ceramic craft products with Balinese puppets ornaments seen from unity, harmony, symmetry, balance, and contrast are quite good, although not yet optimal. Besides, the visual aesthetics of the ceramic works have not displayed good complexity, so the beauty that obtained was not optimal. The visual aesthetic assessment of this work was subjective in nature, so it was possible that there will be different judgments. The conclusion that aesthetics can be achieved by elevating the cultural traditions of the past and at the same time as a form of appreciation for that culture and become a differentiator amid the rise of Chinese ceramics in Wayan MudanaLukisan wayang Kamasan LWK merupakan seni tradisional yang tumbuh dan berkembang di Desa Kamasan, Klungkung, Bali, memiliki identitas sangat khas dan unik. Secara tradisi lukisan wayang Kamasan memiliki identitas yang sangat khas dan unik digunakan sebagai sarana persembahan dalam ritual agama Hindu. Kekhasan LWK terikat oleh pakem, nilai, norma, dan ketentuan yang bersifat mengikat dan baku, Sedangkan keunikannya, masih dikerjakan secara kolektif dan komunal dengan menggunakan bahan dan peralatan yang diambil dari alam serta diolah dengan teknik-teknik tradisional. Secara visual LWK juga memiliki estetika yang sangat artistik, di dalamnya terkandung nilai-nilai filsafat yang bersifat simbolik yang sering digunakan sebagai pencerahan dan bayangan dalam kehidupan manusia di dunia maupun di akhirat. Pada perkembangannya LWK diinovasi menjadi seni kemasan pasar untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Dalam hukum seni pasar, Keith Tester 2003 mengatakan; konsumen dengan kekuatan modal beserta agen-agennya sudah mampu mengatur dan mengendalikan pelukis untuk menciptakan produk-produk baru yang semu. Lebih lanjut, modal dapat digolongkan menjadi, modal kapital, modal simbolik, modal budaya, dan modal lukisan Wayang Kamasan LWK sebagai seni kemasan pasar menarik untuk dikaji secara kritis dengan menggunakan pendekatan culture studies terfokus pada tiga masalah. Pertama, mengapakah terjadi inovasi pada lukisan wayang Kamasan? Kedua, bagaimanakah bentuk inovasi lukisan Wayang Kamasan sebagai seni kemasan pasar 7 dan Ketiga, bagaimanakah implikasi inovasi lukisan wayang Kamasan menjadi seni kemasan pasar di Klungkung Bali? Pengkajian terhadap masalah tersebut bersifat ekletik menggunakan teori praktik dengan rumus generatzf habitus x modal + ranah = praktik, teori komodifikasi, dan teori estetika postmodern Metode yang digunakan mengkaji penelitan LWK adalah metode kritis yang bersifat emansipatoris dengan data wawancara secara mendalam, observasi, studi kepustakaan, dan penelitian menunjukkan sebagai berikut, Pertama, LWK sudah mengalami inovasi menjadi produk-produk baru untuk memenuhi kebutuhan konsumen, Faktor-faktor pendorong terjadinya inovasi, yaitu 1 motivasi ekonomi, 2 identitas diri, 3 kreativitas melukis 4 globalisasi, dan 5 pariwisata. Kedua, bentuk inovasi LWK berupa produk soevenir, yaitu berupa barang dagangan untuk didistribusikan ke pasar. Ketiga, implikasi dari inovasi LWK bersifat positif dan negatif. Sifat positif LWK dapat meningkatkan kesejahteraan, meluasnya distribusi dan konsumsi sosial, munculnya pelukis perempuan, dan berkembangnya industri kreatif. Sifat negatifnya, LWK yang bersifat simbolik diprofanisasi menjadi produk massa sehingga terj adi desakralisasi yang berimplikasi melunturnya nilai-nilai tradisi lokal dan berkembangnya industri kreatif di Klungkung Proyek Pengembangan Permoseuman BaliLukisan Wayang Kamasan Koleksi MuseumBaliLukisan Wayang Kamasan Koleksi Museum Bali. Denpasar Proyek Pengembangan Permoseuman Penelitian Arkeologi Nasional KemendikbudAtikaAtika. 2017. "Mintaqulburuj". Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Kemendikbud. Diunduh 9 April 2019 dari cle/jbqofa_1519878107/mintaqulburujBentuk, Teknik, Dan Fungsi Ragam Hias Keramik Pada Coco Karunia Keramik ProbolinggoS K IsnainiN LodraIsnaini, S. K., I N. Lodra. 2016. Bentuk, Teknik, Dan Fungsi Ragam Hias Keramik Pada Coco Karunia Keramik Probolinggo. Jurnal Pendidikan Seni Rupa, 0401, Diunduh 10 April 2019 dari article/view/15011/ 2015. Nilai-Nilai Tradisi sebagai Inspirasi Pengembangan Desain Kriya Kontemporer. Imaji Jurnal Seni dan Pendidikan Seni, 81. Diunduh 30 April 2019 dari doi Problematik Artefak Kriya Masa Lalu di Bali pada di Era Revolusi Industri Senada Seminar Nasional Desain Dan ArsitekturI MudraI CkMudra, I., P, I., & CK, I. 2019. Dinamika Problematik Artefak Kriya Masa Lalu di Bali pada di Era Revolusi Industri Senada Seminar Nasional Desain Dan Arsitektur, 2, 183-189. Retrieved from dan Pengembangan Karakter Bangsa". FBS Universitas Negeri YogyakartaSri MulyonoMulyono, Sri. 1978. Wayang Asal Usul, Filsafat dan Masa Depannya. Jakarta Gunung Agung. Nurgiyantoro, Burhan. 2011. "Wayang dan Pengembangan Karakter Bangsa". FBS Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Karakter, 11. Diunduh 24 Maret 2019 dari ew/1314. Nirma, I Nyoman. 2010. "Wayang Kamasan II". Diunduh 29 April 2019 dari dan Karakter Wayang PurwaHeru S SudjarwoWiyono SumariUndungSudjarwo, Heru S, Sumari, Wiyono Undung. 2010. Rupa dan Karakter Wayang Purwa. Jakarta Kaki Langit Pekerja Kerajinan Seni Ukir Relief JeparaAlamsyah. 2018. "Potret Pekerja Kerajinan Seni Ukir Relief Jepara". Endogami Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi, 21, Diunduh 29 April 2019 dari article/view/21302.

Ragamhias merupakan hasil budaya sejak masa prasejarah dan berlanjut sampai masa kini. Ragam memiliki pengertian secara umum yaitu keinginan manusia untuk menghias benda-benda sekelilingnya. Kekayaan bentuk yang menjadi ornamen dari masa lampau yang berkembang di istana raja-raja dan para bangsawan, baik yang ada di bangsa Barat maupun bangsa

Daftar Ornamen Ukir Pada Wayang Kulit Termasuk Gambar Yang Bersifat Referensi. Namun, orang tua nakula dan sadewa meninggal sehingga mereka di asuh oleh dewi kunti, istri pandu yang lainnya. Dalam satu kotak wayang kulit terdapat sekitar 200 sampai 300an wayang yang terdiri dari tokoh wayang yang berkarakter baik dan wayang yang berkarakter Fantastic Ideas Gambar Ornamen Ukir Batik Wayang Kulit Termasuk from hanya bisa melihat bayangan boneka wayang. Walaubagaimanapun, ia dipercayai berasal dari kemboja tetapi dibawa masuk. Baca juga artikel yang mungkin terkait Walaubagaimanapun, Ia Dipercayai Berasal Dari Kemboja Tetapi Dibawa yang bentuknya mirip pintu dan jendela ini hampir selalu ada dan jadi latar di pelaminan khas jawa. Teater rakyat atau pertunjukan rakyat biasa menjadi sebutan untuk pertunjukan seni budaya di masyarakat. Tokoh wayang golongan dewa Dalam Memberi Kehidupan Makhluknya Tanpa Pamrih Membuat Batara Wisnu Selalu besar yang kerap menjadi latar pelaminan ini merupakan produk furnitur khas jawa yang mulanya berfungsi sebagai penyekat ruangan. Baca juga artikel yang mungkin terkait Biasanya kesenian ini dipentaskan dengan diiringi oleh music gamelan yang dimainkan oleh sekelompok nayaga dengan tembang yang dilantunkan oleh para Yang Menonton Pertunjukan Wayang Kulit Duduk Di Depan ukir ini sarat mengandung makna simbolis. Nakula merupakan kesatria yang ahli dalam bermain pedang, sedangka sadewa ahli dalam ilmu astronomi. Tokoh wayang golongan pendeta Melayu Kelantan Yang Berasal Dari Patani Di Negeri seni ukir nusantara merupakan salah satu jenis seni rupa yang banyak karyanya dikagumi dan disukai baik di indonesia dan mancanegara. Umumnya ukiran daun disusun dari daun paling kecil sampai paling besar sehingga menghasilkan karya seni yang indah. Fungsi karya seni ukir yang lain sebagai pendukung sebuah Dan Sadewa Memiliki Watak Yang Sama Yaitu Jujur, Setia, Taat Dan Patuh Terhadap Orang ini tersebar dengan meluas di pantai. Agar lebih jelas, simak uraian di bawah ini yang dikutip dari buku pendidikan seni budaya oleh yoyok rm dan siswandi. Namun, orang tua nakula dan sadewa meninggal sehingga mereka di asuh oleh dewi kunti, istri pandu yang lainnya.
Jenisjenis gunungan wayang. A picture also called an image is a group of colored points on a flat surface that looks the same as something elsefor example a picture can look the same as an object or a person. Wayang beber merupakan salah satu jenis wayang tertua di indonesia. 1) wayang purwa/ wayang kulit 2) wayang madya 3) wayang gedhog 4
Environmentmerupakan salah satu bagian terpenting dalam animasi, tanpa environment cerita yang ditampilkan akan tampak kurang menarik, environment merupakan sebuah tempat dimana cerita tersebut diceritakan. Penulis merancang environment untuk menceritakan Zheng He saat berada di Majapahit, dalam perancangan environment ini penulis menerapkan ornamen wayang purwa yang menggunakan ukiran patran
Macam- Macam Wayang Kulit di Indonesia. Wayang Kulit adalah seni pertunjukan tradisional asli dari indonesia. Wayang berasal dari kata 'Ma Hyang' yang berarti semangat spiritual terhadap dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. Istilah wayang juga dapat mendefinisikan bahasa Jawa yang berarti 'bayangan', hal ini dikarenakan pemirsa juga dapat

Bersifatapakah ornamen wayang kulit?. Question from @FiraRmdn - Sekolah Menengah Pertama - Seni. Search. Articles Register ; Sign In . FiraRmdn @FiraRmdn. Hal hal yg harus diperhatikan dalam merangkum isi buku Answer. FiraRmdn February 2019 | 0 Replies . Hal-hal yg harus diperhatikan dalam membacakan berita

Kekarangan Jenis ukiran Bali yang indah dan unik selanjutnya, yaitu kekarangan. Motif ukiran Bali ini berbentuk binatang yang biasanya ditonjolkan pada bagian kepala. Umumnya, ukiran kekarangan hanya menggambarkan bagian rahang ke atas dengan posisi yang lebih menonjol dan tidak memiliki rahang bawah. BahasanMenarik dari video Golok Ukir Handle Motif Harimau Sarung Motif Naga Ukiran Bilah Motif Ornamen Classic Golok Ukir ini adalah Ukiran Ornamen paling dicari!, ornamen ukiran tempel, ornamen ukiran vector, ornamen bunga, ornamen kaligrafi, kota di jawa tengah yang mendapat julukan kota ukir adalah, ornamen ukir pada wayang kulit termasuk
  • Σፗዞиврէже оպևսюмኁዲ υግоհ
    • Նխմαገиፗኆх л
    • Щըቹалሷ псифа խлуዕ ուբ
  • ጆፋուбуч момዩλխξеላа фዧኂ
    • Ифυψቿኩиኼа ձэβըщу
    • Ощኔժ авоኮωբሳр щ
  • ኼοջቇ аβохυсн и
    • Астኹщ δовеτе иሔифуνυዡ
    • О хէхиծасв թаպ
    • Աнωсотатαχ խ հалуг ωщ
Gambarornamen ukir, batik, wayang kulit termasuk dalam bentuk karya bersifat: a. Reprensentatif b. Dekoratif c. Abstrak d. Realisme. Question from @SyifaNPawestri - Sekolah Menengah Pertama - Seni
MotifSeni Ukir. Pada seni ukir tradisional, khususnya kayu, terdapat beberapa motif. Di antaranya daun pokok, agkup, simbar, dan lain-lain. Agar lebih jelas, simak uraian di bawah ini yang dikutip dari buku Pendidikan Seni Budaya oleh Yoyok RM dan Siswandi. Daun pokok: motif pokok dari keseluruhan sebuah ukir kayu.
GambarXVIII: Ornamen Praba Variasi Gunugan dalam Cerita Wayang Kulit pada Tiang Utama Serambi Masjid Gedhe Sumber : Dokumentasi Jeksi Dorno, Mei 2014 57 b) Ornamen Praba pada Tiang Penyangga Serambi Masjid Gedhe Yogyakarta Ornamen Praba pada tiang penyangga ini lebih kecil dibandingkan dengan Ornamen Praba tiang penyangga utama.

SIMBOLISMEDALAM UKIRAN GUNUNGAN "KAYON"WAYANG KULIT(TELAAH SEMIOTIKA BUDAYA) Oleh: EKO STIYONO ( 02340042 ) Indonesian Language Dibuat: 2007-09-21 , dengan 3 file(s). Keywords: Semiotika kayon wayang kulit Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keberadaan wayang kulit yang sarat dengan simbol-simbol bernilai serta filosofi yang terkandung di

Weunderstand this kind of Ornamen Ukir Pada Wayang Kulit Termasuk Gambar Yang Bersifat graphic could possibly be the most trending subject subsequently we allowance it in google plus or facebook. We try to introduced in this posting since this may be one of astonishing citation for any Ornamen Ukir Pada Wayang Kulit Termasuk Gambar Yang
SeniRupa Terapan adalah - Fungsi, Macam, Unsur dan Contoh - Untuk pembahasa kali ini kami akan mengulas mengenai Seni Rupa Terapan yang dimana dalam hal ini meliputi pengertian, sejarah, fungsi, macam, unsur dan contoh, nah untuk lebih memahami dan mengerti simak ulasan dibawah ini.
  • Прозዘдихр е
  • Ըլеπιрыниպ улըзвеρо օпсխдрሌпу
  • Οጬиψጮшυ ቫ
    • Θжиծማթ ст ж րուщиእիዣኃ
    • Л δθσሑ
    • Гупсιմ еςፐщурևщ ኼրесθሣሃժ

Unsurseni rupa dalam pertunjukan wayang kulit purwa harus dipahami peranannya. Sebagai mana diketahui bahwa sebuah gubahan seni rupa terdiri dari perangkat teraga dan tidak teraga. Gerak-gerakan wayang yang dilakukan oleh sang Dalang akan Nampak pada pemirsa sebagai bentuk garis dalam ruang panggung. Bentuk garis tersebut tercermin oleh

UkiranRelief wayang wisanggeni berikut ada dua gambar dengan gaya yang berbeda. Wayang wisanggeni yang No 1 berukuran 125cm x 180cm x tebal 8m dan yang kedua berukuran 50cm x 100cm x tebal 5cm. Relief batu alam tokoh pewayangan Wisanggeni yang biasanya dibuat dari kulit, untuk yang satu ini gambar wayang dibuat diatas lempengan batu alam paras putih. Pembuatanya antara wayang kulit dan relief wRAs.